Minggu, 03 Januari 2010

Paradigma Pembangunan

PARADIGMA PEMBANGUNAN :

ADA PISANG, ADA PESTA !!!



Temen-temen Fasilitator PNPM Mandiri Perkotaan yang saat ini akan, sedang atau telah memfasilitasi pelatihan di tingkat masyarakat. Dalam salah satu pelatihan, akan diberikan materi Paradigma Pembangunan. Saya melihat dengan kepala saya sendiri, materi yang diberikan itu-itu juga sejak mulai P2KP sampai sekarang bermetamorfosa menjadi PNPM Mandiri Perkotaan. Seharusnya, ketika pelatihan itu ada di masyarakat, “bahasa-bahasa langit” yang ada di modul materi baku bisa dirubah menjadi “bahasa bumi”, tanpa merubah makna substansi dari modul tersebut.

Salah satu materi pelatihan yang agak berat adalah Paradigma Pembangunan. Apa itu paradigma ? Paradigma adalah “kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir seseorang sehingga memperngaruhi citra subyektif seseorang mengenai suatu realita, yang pada akhirnya akan menentukan bagaimana seseorang tersebut menanggapi atas realitas itu “ Memahamkan masyarakat bawah tentang paradigma memang tidak gampang, perlu hati-hati karena bisa saja materi tersebut meski sudah disampaikan tetapi sebenarnya masyarakat (peserta latihan) tidak mendapatkan apa-apa.

Berikut disampaikan salah satu aja contoh materi paradigma dengan bahasa yang lugas dan mungkin secara keseharian masyarakat mengetahuinya, yaitu ADA PISANG, ADA PESTA.

Disuatu tempat, terdapat sekumpulan monyet yang sedang asyik bercengkerama, mereka berlari kesana-kemari dengan bebas dan riang, tetapi masih dalam satu batas pagar kawat yang tidak memungkinkan monyet-monyet tersebut keluar (kecuali dikeluarkan oleh Pawangnya melalui pintu yang disediakan).

1. Dalam kandang monyet tersebut diletakkan sebuah tangga yang cukup tinggi, kemudian secara cepat dibagian ujung tangga diberi sesisir pisang yang matang. Secara NALURI (bukan NURANI), monyet-monyet tersebut saling berebut mendapatkan pisang di ujung tangga. Dalam berebut, mereka tidak mempedulikan monyet lainnya, saling dorong, saling cakar, saling tending…tidak peduli apakah ada monyet yang jatuh terluka . Kemudian, secara tiba-tiba pawiang monyet menyiramkan air dari sebuah timba. Apa yang terjadi ???? monyet berlarian menyelamatkan diri, dan menjauh dari tangga yang di atasnya masih ada pisangya. TIDAK SATUPUN MONYET YANG BERANI LAGI MEMANJAT TANGGA !!!

2. Dari kandang tersebut, dikeluarkan 1 ekor monyet, kemudian diganti dengan monyet baru bernama Hari Prasetyo (ha….ha….ha….). Selanjutnya, diberi sesisir pisang di bagian ujung tangga. Monyet baru tersebut secara Naluri, langsung memanjat tangga ingin mendapatkan pisang. Meski monyet-monyet yang lain berteriak “jangan-jangan….” Monyet baru bertanya-tanya : mengapa tidak boleh ????

3. Berikutnya, seluruh monyet dalam kandang dikeluarkan dan diganti dengan monyet baru semuanya. Kemudian seperti yang nomer 1. Diberi pisang dibagian ujunga tangga dan apa yang terjadi ??? seluruh monyet yang baru dimasukkan berhamburan bereput pisang di ujung tangga tersebut !!!!

Pertanyaannya : Paradigma apa yang ada pada Monyet-Monyet tersebut ??? Ada Pisang, Ada Pesta.

Lalu marilah kita pulang dan melihat sekelompok warga masyarakat yang sedang berdiskusi tentang sesuatu proyek bernama PNPM Mandiri Perkotaan dibawah pohon besar yang rindang dan terjadilah dialog sebagai berikut :

“A” = Bapak-2 Kel/desa kita menjadi sasaran PNPM Mandiri Perkotaan dan sebentar lagi dana BLM akan kita terima

“B” = Bapak dan Ibu serta saudara-2 semua, sudah lazim sejak jaman dahulu kala, kaluk ada proyek dan dana sudah turun, selaku tokoh masyarakat saya pasti mendapat sekian persen dari dana tersebut. Ini tidak memaksa, tetapi sudah menjadi kebiasaan dan budaya disini. Pentingkan bapak-2/Ibu-2/dan saudara-2 melestarikan kebiasaan dan budaya ????

“C” = Yth. Bapak “B” perlu saya jelaskan proyek PNPM Mandiri Perkotaan ini proyek nangkis, dana BLM hanya dimanfaatkan untuk warga miskin agar mereka bias keluar dari masalah kemiskinan. Apa yaa pass kaluk Bapak “B” yang notabene tokoh masyarakat dan tergolong kaya mendapatkan dana tersebut !

“B” = kaluk semuanya tidak mau memberikan fee dana BLM, sudah !!!!! PNPM Mandiri Perkotaan tidak perlu ada di Kel/Desa kita ! Percuma saja ! lha tidak mau menghormati saya selaku tomasy di sini !!!

Kaluk mayoritas warga masyarakat berpikiran dan bersikap seperti “B” maka itulah yang disebut dengan PARADIGMA
Nahh….mari kita refleksikan :

Paradigma apa yang ada di Bapak “B” ???? Ada Pisang, Ada Pesta atau Ada Proyek, Ada Pesta (menganut paradigma monyet…..). Yang dikedepankan hanya NALURI

Paradigama apa yang ada pada Ibu “C” ??? Ada Pisang, Tidak Harus Ada Pesta atau Ada Proyek, Tidak Harus Ada Pesta . Yang dikedepankan adalah NURANI

Standar Mutu Kopi

STANDAR MUTU KOPI


Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kopi dunia, bersama dengan Negara seperti Brazil, Kolumbia dan Vietnam. Tanaman kopi di Indonesia, sebagian besar (90 %) di usahakan oleh petani dengan tingkat produktifitas yang relative rendah, yaitu 500 kg/ha. Sedangkan perkebunan swasta dan Negara mampu mencapai produktifitas 1000 kg/ha. Dilihat dari aspek kualitas/mutu kopi yang dihasilkan juga masih cukup memprihatinkan, dimana mayoritas masih menempati mutu/grade Sedang (Grade 3 dan 4). Dengan mutu yang demikian, harga jual kopi petani di pasar tentu masih rendah dan inilah yang menyebabkan tingkat pendapatan petani kopi juga rendah.

Sejak tahun 1978 melalui SK Menteri Perdagangan No. 108/Kp/VII/78 Tanggal 1 JUli 1978 standar mutu biji kopi yang digunakan adalah SISTEM TRIASE. Namun demikian, mulai 1 Oktober 1983 sampai sekarang , untuk menetapkan mutu kopi, Indonesia menggunakan SISTEM NILAI CACAT (Defects Value System) sesuai keputusan ICO (International Coffe Organization). Dalam system cacat, semakin banyak nilai cacatnya, mutu kopi akan semakin rendah dan sebaliknya (lihat kriteria penentuan nilai cacat di bagian bawah tulisan ini)

Dewan ICO (International Coffee Organization) awal tahun 2002 mengadakan sidang dan menghasilkan Resolusi No. 407 yang berisi Program Perbaikan Mutu Kopi yang mulai efektif diberlakukan per 1 Oktober 2002

• Standar minimum dalam Resolusi 407 adalah :

a. Kopi Arabika : nilai cacat maks 86 per 300 gr sample menurut standar mutu Brazil/New York

b. Kopi Robusta : nilai cacat maks 150 per 300 gr sample menurut standar mutu Indonesia/ Vietnam

c. Kadar Air : maks 12,5 % berdasarkan metode ISO 6673


STANDAR MUTU KOPI DIBEDAKAN MENURUT :

a. Jenis Mutu


b. Syarat Mutu

c. Cara Pengambilan Contoh (Sample)

d. Cara Pengemasan

A. JENIS MUTU

Penentuan jenis mutu kopi dibedakan berdasarkan :

1. Berdasarkan jenis kopinya :

a. Kopi Arabika

b. Kopi Robusta

c. Kopi jenis lainnya

2. Berdasarkan cara pengolahannya :

a. Pengolahan Kering (Dry Process/DP)

b. Pengolahan Basah (Wet Process/WP)

3. Berdasarkan Nilai Cacat (value defect) :

a. Klasifikasi mutu :

Mutu (Grade) 1 : Total Nilai Cacat max 11

Mutu (Grade) 2 : Total Nilai Cacat 12-25

Mutu (Grade) 3 : Total Nilai Cacat 26 -44

Mutu (Grade) 4a : Total Nilai Cacat 45 -60

Mutu (Grade) 4b : Total Nilai Cacat 61-80

Mutu (Grade) 5 : Total Nilai Cacat 81-150

Mutu (Grade) 6 : Total Nilai Cacat 151-225

b. Kriteria Penentuan Nilai Cacat :

1 Biji Hitam (Black beans) : Nilai Cacat = 1

2 Biji Hitam sebagian (Partly Black beans) : Nilai Cacat = 1

2 Biji Hitam pecah (Broken Black beans) : Nilai Cacat = 1

1 Husk kopi(Husk Coffe) : Nilai Cacat = 1

4 biji coklat (brown beans) : Nilai Cacat = 1

1 Husk ukuran besar (large husk framents) : Nilai Cacat = 1

2 Husk ukuran sedang (medium husk framents) : Nilai Cacat = 1

5 Husk ukuran kecil (small husk framents) : Nilai Cacat = 1

10 biji berkulit ari (beans in silver skin) : Robusta/WP : Nilai Cacat = 1

2 biji berkulit tanduk (beans in parchments) : NIlai Cacat = 1

2 kulit tanduk ukuran besar (large parchment fragmt) : NIlai Cacat = 1

5 kulit tandung ukuran sedang : Nilai Cacat = 1

10 kulit tanduk ukuran kecil : NIlai Cacat = 1

5 biji pecah (broken beans) : Nilai Cacat = 1

5 biji muda (immature beans) : Nilai Cacat = 1

10 biji berlubang satu (beans with one hole) : Nilai Cacat = 1

5 biji berlubang lebih dari Saturday : NIlai Cacat = 1

10 biji bertutul-tutul (spotted beans) : WP : Nilai Cacat = 1

1 ranting, tanah, batu ukuran besar : NIlai Cacat = 5

1 ranting, tanah,batu ukuran sedang : Nilai Cacat = 2

1 ranting, tanah, batu ukuran kecil : Nilai Cacat = 1


B. SYARAT MUTU

1. Pengolahan Basah (Dry Process- DP)

a) Kadar air maksimum ± 13 % (bobot/bobot)

b) Kadar kotoran berupa ranting, batu, gumpalan tanah dan benda-2 asing lainnya, maksimum 0,5 % (bobot/bobot)

c) Bebas dari serangga hidup

d) Bebas dari biji berbau busuk, berbau kapang dan bulukan

e) Biji tidak lolos ayakan 3x3 mm (8 mesh) dengan maksimum lolos 1 % (bobot/bobot)

f) Untuk bisa disebut biji berukuran besar, harus memenuhi persyaratan tidak lolos ayakan ukuran 5,6x5,6 mm (3,5 mesh) dgn maksimum lolos 1 % (bobot/bobot)

2. Pengolahan Kering (Wet Process-WP)

a) Kadar air maksimum ± 12 % (bobot/bobot)

b) Kadar kotoran berupa ranting, batu, gumpalan tanah dan benda-2 asing lainnya, maksimum 0,5 % (bobot/bobot)

c) Bebas dari serangga hidup

d) Bebas dari biji berbau busuk, berbau kapang dan bulukan

e) Ukuran biji kopi untuk jenis robusta dibedakan :

1. Biji Ukuran Besar (L) : Tidak lolos ayakan lubang bulat ukuran diameter 7,5 mm, dengan maksimum lolos 2,5 % (bobot/bobot)

2. Biji Ukuran Sedang (M) : Tidak lolos ayakan lubang bulat ukuran diameter 7,5 mm, tetapi tidak lolos lubang bulat ukuran diameter 6,5 mm dengan maksimum lolos 2,5 % (bobot/bobot)

3. Biji Ukuran Kecil (S) : Lolos ayakan lubang bulat ukuran diameter 7,5 mm, tetapi tidak lolos lubang bulat ukuran diameter 5,5 mm dengan maksimum lolos 2,5 % (bobot/bobot)

Catatan : Untuk jenis kopi robusta, ukuran biji tidak dipersyaratkan.



C. CARA PENGAMBILAN SAMPEL

1. Sample (contoh) diambil secara acak, sebanyak akar pangkat 2 dari jumlah karung

2. Dari tiap karung terpilih, diambil secara acak pada bagian bawah, tengah dan atas sehingga diperoleh biji kopi sebanyak 10 kg

3. Contoh diaduk secara merata, kemudian diambil sub sample sebanyak 300 gr

4. Dari contoh ini kemudian ditentukan jenis mutunya


D. CARA PENGEMASAN

1. Biji kopi yang telah ditentukan mutunya, dikemas dalam karung goni baru, bersih dan kering

2. Tiap karung berisi biji kopi dengan berat netto sebanyak 60 kg


Nah……sekarang mari kita praktekan secara langsung cara penentuan mutu kopi di atas. Pak Abdusalam dulu seorang konsultan di PNPM Mandiri Perkotaan di Surabaya, tetapi sekarang dia menjadi seorang petani kopi robusta dengan luasan tanaman sebanyak 50 hektar di Pamekasan Madura. Setelah di olah dengan cara kering (dry process-DP), dia menghasilkan bij kopi sebanyak 600 kg yang dikemas dalam 81 karung goni. Bagaimana kualitas mutu dari biji kopi milik Bapak Abdusalam tersebut ?
1. Jumlah karung yang dijadikan contoh (sampel) = akar pangkat 2 dari 81 karung = 9 karung

2. Dari 9 karung tersebut diambil contoh pada bagian bawah, tengah dan atas masing 0,1 kg (atau biasanya sudah ada alat untuk mengambil biji contoh/sampel)

3. Contoh yang telah diambil (bawah, tengah dan atas) kemudian dicampur hingga merata/homogeny, selanjutnya diambil sampel/contoh sebanyak 300 gram

4. Selanjutnya, 300 gram contoh kopi tersebut diamati criteria nilai cacatnya (defect system) dan ditemukankan hasil sebagai berikut :

a. Biji kopi hitam : 10 buah, NC = 10 (10 x 1)

b. Biji hitam pecah : 6 buah, NC = 3 (6/2 X 1)

c. Biji berkulit tanduk : 9 buah, NC = 4,5 (9/2 X 1)

d. Biji bertutul-tutul : 45 buah, NC = 4,5 (45/10 X 1)

e. Biji berlubang > 1 lubang : 15 buah, NC = 3 (15/5 X 1)

f. Batu berukuran sedang : 10 buah, NC = 20 (10 X 2)

g. Kulit tanduk ukuran sedang : 17 buah, NC = 3,4 (17/5 X 1)

h. Biji berkulit ari : 21 buah, NC = 2,1 (21/10 x 1)

Total Nilai Cacat (NC) adalah = 50,5

Jadi Klasifikasi Mutu biji Kopi Pak Abdusalam adalah = 4-a atau DP/ 4-a (artinya kualitas kopi 4-a, diolah dengan cara kering –DP)

Menghitung Populasi Tanaman

 MENGHITUNG POPULASI TANAMAN



Mengetahui jumlah populasi tanaman per satuan luas (misalnya per hektar) menjadi penting khususnya bagi para mandor tanaman di suatu perkebunan tanaman tertentu. Dengan mengetahui populasi tanaman per satuan luas (hektar) kita bias merencanakan kebutuhan pupuk, pestisida, tenaga kerja secara lebih tepat. Yang akhirnya kebutuhan biaya yang diperlukan untuk pembelian pupuk, pestisida dan upah tenaga kerja dapat dihitung secara lebih tepat.

Jumlah populasi tanaman per satuan luas ditentukan oleh beberapa faktor (1) jarak tanam yang digunakan, (2) model jarak tanam yang digunakan. Misalnya pada penanaman kelapa sawit dengan jarak tanam 9 x 9 meter, akan memiliki jumlah populasi tanaman yang berbeda bila model jarak tanam yang digunakan berbeda (segitiga sama sisi atau persegi empat).

Model Tanam Segitiga Sama Sisi :

Bila tanaman Kelapa Sawit ditanam dengan jarak tanam 9 x 9 meter dengan model tanam segitiga sama sisi. Maka populasi tanaman per hektar (10.000 m2) dapat dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Gambar segitiga sama sisi, dengan panjang masing-masing sisi = 9 m (ABC)

2. Tarik garis lurus ke bawah dari sudut B tepat ditengah-tengah panjang sisi AC

3. Hitung tinggi segitiga ABC (atau panjang BE) dengan rumus phytagoras AB2 = AE2 + BE2

4. Hitung luas segitiga ABE dengan rumus = (1/2 x AE x BE)

5. Hitung luas jajaran genjang (ABDC) = 4 x luas ABE

6. Populasi tanaman kelapa sawit = (10.000 m2) / (luas jajaran genjang ABDC)

Hasil perhitungan :

Luas segitiga ABE = (1/2 x 4,5 m x 7,79 m) = 17,54 m2

Luas Jajaran genjang ABDC = 4 x 17,54 m2 = 70,15 m2

Populasi Tanaman Kelapa Sawit per Hektar = (10.000 m2) / (70,15 m2) = 143 tanaman



Model Tanam Persegi Empat :

Bila tanaman Kelapa Sawit ditanam dengan jarak tanam 9 x 9 meter dengan model tanam persegi empat. Maka populasi tanaman per hektar (10.000 m2) dapat dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Gambar persegi empat sama sisi, dengan panjang masing-masing sisi = 9 m (ABCD)

2. Hitung luas persegi empat ABCD dengan rumus = Panjang (AB) x lebar (BC)

3. Populasi tanaman kelapa sawit = (10.000 m2) / (luas persgi empat ABCD)

Hasil perhitungan :

Luas persegi empat ABCD = 9 m x 9 m = 81 m2

Populasi Tanaman Kelapa Sawit per Hektar = (10.000 m2) / (81 m2) = 124 tanaman

Kesimpulannya :

Model tanam berbentuk segitiga sama sisi memiliki kelebihan dibanding model tanam persegi empat :

1. Populasi tanaman per hektar lebih banyak, berarti pemanfaatan lahan lebih efektif

2. Setiap individu tanaman akan mendapatkan sinar matahari lebih baik (karena tanaman satu dengan yang lain tidak saling menghalangi sinar matahari) sehingga proses fotosintesis lebih tinggi yang pada akhirnya akan memiliki potensi produksi lebih tinggi

3. Karena sinar matahari dapat mengenai setiap individu tanaman, maka serangan penyakit dapat dikurangi

4. Angin dapat mengalir secara leluasa, sehingga proses penyerbukan bunga dapat berjalan secara optimal

Sabtu, 02 Januari 2010

Kandungan Hara Pupuk Majemuk

KANDUNGAN HARA PUPUK MAJEMUK


Dilihat dari kandungan haranya, pupuk dapat dibedakan menjadi (1) Pupuk Tunggal, yaitu pupuk yang hanya mengandung satu jenis unsure hara, (2) Pupuk Manjemuk, yaitu pupuk yang mengandung lebih dari satu unsure hara.
Pupuk Majemuk, baik pupuk yang diberikan melalui daun (disebut pupuk daun) maupun yang diberikan ke tanaman melalui tanah, kandungan haranya dinyatakan dengan istilah GRADE, yaitu persentase kandungan unsur hara yang dikandung dalam suatu pupuk majemuk. Grade biasanya dinyatakan dengan angka seperti 10-20-10 atau 30-10-20 atau grade seimbang 20-20-20.
Apa arti angka tersebut ???
Angka pertama menunjukkan persentase kadar N (Nitrogen), angka berikutnya merupakan persentasi kadar P (Phospor) dan angka berikutnya merupakan persentase kadar K (Kalium).
Bila pupuk daun majemuk seberat 100 gram memiliki grade 30-10-20, artinya adalah (1) Kadar N seberat (30/100) x 100 gr = 30 gram, (2) Kadar P seberat (10/100) x 100 gr = 10 gram dan (3) Kadar K seberat (20/100) x 100 gr = 20 gram.. Jadi total berat kandungan NPK dalam 100 gram pupuk daun tersebut adalah sebanyak 60 gram. Sedang sisanya sebanyak 40 gram merupakan komponen pembawa (carrier) dari unsur hara.Sedang kandungan unsur hara lainnya selain unsure NPK dapat dilihat di bagian belakang kemasan pupuk daun tersebut.

Dengan mengetahui grade pupuk majemuk dapat digunakan dalam strategi pemupukan, yaitu :
1. Bila pemupukan ditujukan untuk merangsang pertumbuhan vegetative, maka gunakan pupuk majemuk dengan kadar N lebih tinggi daripada kadar P. Misalnya Grade : 30-10-10, atau 20-10-5 atau 40-10-10
2. Bila pemupukan ditujukan untuk merangsang pertumbuhan bunga dan buah, maka gunakan pupuk majemuk dengan Kadar N lebih rendah daripada kadar P. Misalnya Grade : 20-40-10 atau 10-30-20.
Bila kita salah memilih jenis pupuk majemuk, maka tujuan pemupukan dapat menjadi gagal, misalnya ketika kita mengharapkan tumbuhnya bunga tetapi yang keluar justru kuncup daun atau sebaliknya.


Millenium Development Goals (MDGs)

MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs)


Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bulan September 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB yang sebagian besar diwakili oleh kepala pemerintahan sepakat untuk mengadopsi Deklarasi Milenium. Deklarasi ini menghimpun komitmen para pemimpin dunia yang tidak pernah ada sebelumnya untuk menangani isu perdamaian, keamanan, pembangunan, hak asasi dan kebebasan fundamental dalam satu paket. Dalam konteks inilah, negara-negara anggota PBB kemudian mengadopsi Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals/MDGs). Setiap tujuan memiliki satu atau beberapa target beserta indikatornya. MDGs menempatkan pembangunan manusia sebagai fokus utama pembangunan (oleh karena itu nilai IPM/HDI merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dalam melaksanakan MDGs), memiliki tenggat waktu dan kemajuan yang terukur. MDG didasarkan pada konsensus dan kemitraan global, sambil menekankan tanggung jawab negara berkembang untuk melaksanakan pekerjaan rumah mereka, sedangkan negara maju berkewajiban mendukung upaya tersebut.
Target yang tercakup dalam MDGs sangat beragam, mulai dari mengurangi kemiskinan dan kelaparan, menun­taskan tingkat pendidikan dasar, mempromosikan kesamaan gender, mengurangi kematian anak dan ibu, mengatasi HIV/AIDS dan berbagai penyakit lainnya, serta memastikan kelestarian lingkungan hidup dan membentuk kemitraan dalam pelaksa­naan pembangunan


Ada beberapa tujuan pembangunan lain yang telah ditetapkan pada dekade 1960-an hingga 1980-an. Sebagian terlahir dari konferensi global yang diselenggarakan PBB pada 1990-an, termasuk KTT Dunia untuk Anak, Konfe­rensi Dunia tentang Pendidikan untuk Semua 1990 di Jomtien, Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan 1992 di Rio de Janeiro, dan KTT Dunia untuk Pembangunan Sosial 1995 di Copen­hagen. MDGs tidak bertentangan dengan komitmen global yang sebelumnya karena sebagian dari MDGs itu telah dicanangkan dalam Tujuan Pembangunan Internasional (IDG), oleh negara-negara maju yang tergabung dalam OECD pada 1996 hingga selan­jutnya diadopsi oleh PBB, Bank Dunia dan IMF.1 Sekalipun MDGs merupakan sebuah komitmen global tetapi diupayakan untuk lebih mengakomo­dasikan nilai-nilai lokal sesuai dengan karakteristik masing-masing negara sehingga lebih mudah untuk diaplikasikan.
Beberapa hal penting yang perlu mendapat perhatian berkaitan dengan MDGs adalah sebagai berikut: Pertama, MDGs bukan tujuan PBB, sekalipun PBB merupakan lembaga yang aktif ter­libat dalam promosi global untuk merealisasikan­nya. MDGs adalah tujuan dan tanggung jawab dari semua negara yang berpartisipasi dalam KTT Milenium, baik pada rakyatnya maupun secara ber­sama antar pemerintahan. Kedua, tujuh dari dela­pan tujuan telah dikuantitatifkan sebagai target dengan waktu pencapaian yang jelas, hingga me­mungkinkan pengukuran dan pelaporan kemajuan secara obyektif dengan indikator yang sebagian besar secara internasional dapat diperbandingkan. Ketiga, tujuan-tujuan dalam MDGs saling terkait satu dengan yang lain. Misalnya, Tujuan 1—menanggu­langi kemiskinan dan kelaparan yang parah—adalah kondisi yang perlu tapi belum cukup bagi pencapai­an Tujuan 2 hingga Tujuan 7. Demikian juga, tanpa kemitraan dan kerja sama antara negara miskin dan negara maju, seperti yang disebut pada Tujuan 8, negara-negara miskin akan sulit mewujudkan ketu­juh tujuan lainnya. Keempat, dengan dukungan PBB, terjadi upaya global untuk memantau kemajuan, meningkatkan perhatian, mendorong tindakan dan penelitian yang akan menjadi landasan intelektual bagi reformasi kebijakan, pembangunan kapasitas dan memobilisasi sumber daya yang dibutuhkan un­tuk mencapai semua target. Kelima, 18 belas target dan lebih dari 40 indikator terkait ditetapkan untuk dapat dicapai dalam jangka waktu 25 tahun antara 1990 dan 2015. Masing-masing indikator digunakan untuk memonitor perkembangan pencapaian setiap tujuan dan target.

MDGs memiliki 8 (delapan) Tujuan (goals), 18 sasaran (Target) dan 58 Indikator.
GOAL (TUJUAN)
TARGET (SASARAN)
INDIKATOR
Tujuan Pertama :
MEMBERANTAS KEMISKINAN DAN KELAPARAN
Target 1 :
Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah satu dolar per hari menjadi setengahnya antara 1990-2015.
Proporsi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional.
Proporsi penduduk berpendapatan di bawah $ 1 per hari.
Kontribusi kuantil pertama penduduk berpendapatan terendah terhadap konsumsi nasional.

Target 2 :
Menurunkan proporsi penduduk yang menerita kelaparan menjadi setengahnya antara 1990-2015
Prevelansi balita kurang gizi.
Proporsi penduduk yang berada di bawah garis konsumsi kalori minimum (2100 kkal/per kapita/hari).
Tujuan Kedua:
MEWUJUDKAN PENDIDIKAN DASAR UNTUK SEMUA
Target 3:
Menjamin semua anak dimanapun baik laki-laki maupun perempuan dapat menjelesaikan jenjang pendidikan dasar pada 2015.
Angka partisimasi murni di sekolah dasar
Angka partisipasi murni di sekolah lanjutan pertama
Proporsi murid yang berhasil mencapai kelas 5
Proporsi murid kelas 1 yang berhasil menamatkan SD
Proporsi murid di kelas 1 yang berhasil menyelesaikan 9 tahun pendidikan dasar.
Angka melek huruf usia 15-24 tahun.
GOAL (TUJUAN)
TARGET (SASARAN)
INDIKATOR
Tujuan Ketiga:
MENDORONG KESETARAAN GENDER DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
Target 4 :
Menghilangkan ketimpangan gender ditingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada 2005, dan semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015.
Rasio anak perempuan terhadap anak laki-laki di tingkat pendidikan dasar, lanjutan dan tinggi yang diukur melalui angka partisipasi murni anak perempuan terhadap laki-laki.
Rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki dalam kelompok usia 15-24 tahun, yang diukur melalui angka melek huruf perempuan/laki-laki (indeks pantas melek huruf gender).
Kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non pertanian.
Proporsi perempuan yang duduk di DPR.
Tujuan Keempat:
MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK
Target 5 :
Menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya, antara 1990-2015.
Angka kematian balita.
Angka kematian bayi.
Persentase anak di bawah satu tahun yang diimunisasi campak.
Tujuan Kelima:
MENINGKATKAN KESEHATAN IBU
Target 6 :
Menurunkan angka kematian sebesar tiga perempatnya antara 1990-2015.
Angka kematian ibu
Proporsi Pertolongan persalinan yang ditangani oleh tenaga persalinan terlatih.
Angka pemakaian kontrasepsi.
Tujuan Keenam:
MEMERANGI PENYEBARAN HIV/AIDS, MALARIA DAN PENYAKIT MENULAR LAINNYA.
Target 7 :
Mengendalikan penyebaran HIV/AIDS dan mulai menurunnya jumlah kasus pada 2015.
Prevalensi HIV di kalangan ibu hamil yang berusia antara 15-24 tahun.
Penggunaan kondom pada hubungan seks beresiko tinggi.
Penggunaan kondom pada pemakai kontrasepsi.
Presentase anak pada usia 15-24 tahun yang mempunyai pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS.

Target 8 :
Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah kasus malaria dan penyakit lainnya pada 2015.
Prevalensi malaria dan angka kematiannya.
Presentase penduduk yang menggunakan cara pencegahan yang efektif untuk memerangi malaria.
Prevalensi penduduk yang mendapat penanganan malaria secara efektif.
Prevalensi tuberkulosis dan angka kematian penderita tuberkulosis dengan sebab apapun selama pengobatan OAT.
Angka penemuan penderita tuberkulosis BTA positif baru.
Angka kesembuhan penderita tuberkulosis.
GOAL (TUJUAN)
TARGET (SASARAN)
INDIKATOR
Tujuan Ketujuh:
MEMASTIKAN KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
Target 9 :
Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumber daya lingkungan yang hilang.
Proporsi luas lahan yang tertutup hutan
Rasio luas kawasan lindung terhadap luas daratan.
Energi yang dipakai per (setara barel minyak) per PDB (juta rupiah)
Emisi CO2 per kapita
Jumlah konsumsi zat perusak ozon (metrik ton).
Proporsi penduduk berdasarkan bahan bakar untuk memasak.
Proporsi penduduk yang menggunakan kayu bakar dan arang untuk memasak.

Target 10 :
Penuirunan sebesar separuh proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada 2015.
Proporsi penduduk dengan akses terhadap sumber air minum yang terlindungi dan berkelanjutan.
Proporsi penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak.

Target 11 :
Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.
Proporsi rumah tangga dengan status rumah milik atau sewa.
Tujuan Kedelapan:
MEMBANGUN KEMITRAAN GLOBAL DALAM PEMBANGUNAN
Target 12 :
Membangun tatanan perdagangan dan keuangan yang terbuka, dapat diperhitungkan dan tidak diskriminatif.
Komitmen untuk membangun tata pengelolaan pemerintahan yang baik dan penanggulangan kemiskinan, tingkat nasional dan internasional.

Target 13 :
Memperhatikan bantuan khusus bagi negara berkembang.
Bantuan pembangunan (Official Development Assistance sebagai persentase bantuan negara-negara maju (target 0,7% dari keseluruhan dan 0,15% untuk negara berkembang.
Proporsi bantuan pembangunan untuk pelayanan sosial dasar (pendidikan dasar, pelayanan kesehatan masyarakat, gizi, air bersih dan sanitasi).
Proporsi bantuan pembangunan yang tidak terikat.
Proposi bantuan pembangunan untuk lingkungan di negara-negara berkembang kepulauan kecil.
Proporsi bantuan pembangunan untuk sektor transportasi di negara-negara tanpa perairan laut.
GOAL (TUJUAN)
TARGET (SASARAN)
INDIKATOR

Target 14 :
Memperhatikan kebutuhan khusus negara tanpa perairan laut dan negara kepulauan kecil.
Rata-rata tarif dan quota pada hasil pertanian dan tekstil dan bahan pakaian.
Subsidi pertanian domestik dan ekspor di negara-negara OECD.
Proporsi bantuan pembangunan disediakan untuk mengembangkan kapasitas perdagangan.

Target 15 :
Mengupayakan jalan keluar yang menyeluruh atas hutang negara-negara berkembang melalui pembahasan nasional dan internasional agar dicapai pengendalian hutang dalam jangka panjang.
Proporsi pembatalan resmi hutan bagi negara-negara (HIPC).
Proporsi debt service sebagai persentase ekspor dari barang-barang dan jasa-jasa.
Proporsi bantuan pembangunan sebagai pengurangan hutang.
Negara-negara yang telah mencapai HIPC dan penyelesaiannya.

Target 16 :
Dalam rangka kerjasama dengan negara-negara berkembang, membangun dan melaksanakan strategi penciptaan kerja yang baik dan produktif bagi pemuda.
Angka pengangguran usia 15-24 tahun.

Target 17 :
Dalam rangka kerjasama dengan perusahaan farmasi, menyediakan akses obat-obatan penting di negara-negara berkembang.
Proporsi penduduk dengan akses obat-obatan penting yang berkesinambungan.

Target 18 :
Dalam rangka kerjasama dengan sektor swasta, memastikan ketersediaan teknologi baru khususnya informasi dan komunikasi.
Sambungan telepon per 1000 penduduk
Komputer personal per 1000 penduduk.




Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)


PENDAHULUAN
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) merupakan ukuran keberhasilan pembangunan aspek manusia dalam suatu wilayah tertentu yang standarnya ditentukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui UNDP (United Nation of Development Program). Ukuran ini selanjutnya disepakati dan dapat digunakan untuk mengukur kinerja pembangunan manusia pada suatu wilayah tertentu, seperti negara, propinsi atau kabupaten/kota. Pada dasarnya IPM menetapkan standar-standar minimal yang sangat sederhana sehingga dapat dikatakan sebagai prasyarat minimal yang harus dicapai oleh suatu negara atau wilayah pada kurun waktu tertentu.


IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dari :
Indeks Harapan Hidup
Terdiri dari komponen : Kesehatan (usia hidup), yang diukur dengan Angka Harapan Hidup (AHH)
Indeks Pendidikan
Terdiri dari komponen : Pengetahuan, yang diukur dengan (1) Angka Melek Huruf, dan (2) Rata-rata Lama Sekolah
Indeks Standar Hidup layak
Terdiri dari komponen : Pendapatan, yang diukur dengan rata-rata konsumsi riil yang telah disesuaikan atau pendapatan per kapita riil yang telah disesuaikan daya belinya untuk tiap-tiap negara.
Nilai IPM berkisar antara “0” sampai dengan “100”. Artinya semakin rendah nilai IPM suatu wilayah/negara berarti semakin lemah/tertinggal pembangunan wilayah atau negara tersebut. Selanjutnya berdasarkan kesepakatan, IPM dikategorikan menjadi 3 kategori :

1. Rendah : bila nilai IPM < 60 2. Sedang : bila nilai IPM berkisar antara 60 – 64 3. Tinggi : bila nilai IPM > 64
Tabel 1.1 Nilai Minimum dan Maksimum IPM
Komponen IPM
Nilai
Catatan
Maksimum
Minimum
Angka Harapan Hidup
85
25
Standar UNDP
Angka Melek Huruf
100
0
Standar UNDP
Rerata Lama Sekolah
15
0
Standar UNDP
Konsumsi per kapita yang disesuaikan
732.720,- *)
1.332,7,- **)
300.000,- *)
900,0 **)
UNDP menggunakan PDB/Kapita riil yang disesuaikan
*) Untuk Propinsi Jabar
**) Untuk DKI Jakarta
Penggunaan IPM sebagai indikator keberhasilan pembangunan di suatu negara atau daerah bukan tanpa kelemahan. Menurut Michael Todaro (1995) seorang ahli ekonomi, kelemahan penggunaan IPM sebagai indikator keberhasilan pembangunan adalah :
1) IPM bersifat relatif dan bukannya absolut, artinya suatu negara atau daerah akan dinilai IPMnya dibandingkan dengan negara-negara/daerah lain. Artinya, jika semua negara atay daerah mengalami peningkatan pada tingkat tertimbang yang sama, maka negara-negara miskin/daerah-daerah miskin tidak naik peringkatnya, sehingga tidak memperoleh penghargaan/pengakuan atas usahanya memperbaiki kualitas SDM nya
2) IPM hanya mencakup satu aspek saja dari tujuan pembangunan. Banyak aspek lain yang tidak masuk kedalam perhitungan, seperti kelestarian lingkungan hidup, pemerataan pendapatan. Dengan kata lain, IPM bukan merupakan indikator keberhasilan pembangunan yang komprehensif
3) IPM sebagai indikator pembangunan yang mengutamakan sumberdaya manusia ternyata tidak mencakup seluruh indikator tentang sumberdaya manusia. Kendala yang dihadapi biasanya adalah karena ketiadaan data.

Tabel 1.2 IPM DKI Jakarta Tahun 1990 - 1999
Kota Madya
1990
1996
1999
Jakarta Selatan
74,2
77,2
72,4
Jakarta Timur
73,4
76,4
68,4
Jakarta Pusat
73,2
76,0
67,2
Jakarta Barat
71,2
76,1
67,7
Jakarta Utara
72,0
74,6
66,3
DKI Jakarta
73,1
76,1
69,1
Sumber : BPS Propinsi DKI Jakarta

Tabel 1.3 IPM Di Beberapa Propinsi Indonesia
Propinsi
Usia Harapan Hidup (Tahun)
% melek huruf Dewasa
Rerata Lama Pendidikan (tahun)
Pengeluaran per kapita (x 000 Rp)
IPM
Jakarta
71
98
9,7
593
72,5
Yogyakarta
71
85
7,9
598
68,7
Jawa Tengah
68
85
7,0
584
64,6
Jawa Timur
66
81
5,9
579
61,8
Jawa Barat
64
92
8,8
584
64,6
Irian Jaya
65
71
5,6
580
58,8
NTB
58
73
5,2
566
54,2
Sumber : Laporan IPM Indonesia 2001

RUMUS PERHITUNGAN
a) Usia Harapan Hidup (Longevity)
Pembangunan manusia, atau upaya untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi penduduk, harus lebih mengupayakan agar penduduk dapat mencapai usia hidup yang lebih panjang dan sehat. Sebenarnya ada berbagai indikator yang dapat digunakan untuk mengukur usia hidup tetapi dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara global UNDP memilih indikator angka harapan hidup waktu lahir (life expectancy at birth). Angka kematian bayi (IMR) tidak digunakan untuk keperluan itu karena indikator angka kematian bayi dinilai tidak peka untuk negara-negara industri yang telah maju. Seperti halnya angka kematian bayi, angka harapan hidup waktu lahir sebenarnya merefleksikan keseluruhan tingkat pembangunan dan bukan hanya bidang kesehatan saja.
Karena di Indonesia belum memiliki sistem vital regristrasi yang baik untuk menghitung angka harapan hidup waktu lahir yang dinotasikan dengan e0 digunakan metode tidak langsung. Metode ini menggunakan dua data dasar yaitu rata-rata anak yang dilahirkan hidup dan rata-rata yang masih hidup. Prosedur penghitungan angka harapan hidup waktu lahir ini hanya efisien apabila dilakukan dengan menggunakan Mortpak Lite atau software lainnya. Sebagai catatan angka harapan hidup waktu lahir yang diperoleh dengan metode ini tidak langsung merujuk pada keadaan 3-4 tahun dari tahun survei.
Sejauh ini ada tiga macam sumber data yang dapat digunakan untuk memperoleh dua macam data dasar tersebut (anak yang dilahirkan hidup dan anak yang masih hidup) yaitu: sensus penduduk, Survei Penduduk Antar Sensus (Supas) dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Sebagai contoh, hasil perhitungan angka harapan hidup waktu lahir untuk tingkat kabupaten/kota dari sumber data Susenas harus selalu dievaluasi secara cermat sebelum digunakan.
Indeks harapan hidup = [(e0 – 25)/(85 – 25)] x 100

Dimana :
(e0) : Angka harapan hidup
25 : Angka minimum harapan hidup (UNDP)
85 : Angka maksimum harapan hidup (UNDP)
Persamaan ini akan menghasilkan 0 ≤ indeks harapan hidup ≤ 100

b) Pengetahuan
Selain usia hidup, pengetahuan juga diakui secara luas sebagai unsur mendasar dari pembangunan manusia. Dengan pertimbangan ketersediaan data, pengetahuan dengan dua indikator yaitu angka melek huruf dan rata-rata sekolah, di Indonesia diperoleh dari data Susenas Kor.
Indikator angka melek huruf diolah dari variabel kemampuan membaca dan menulis dari Susenas Kor misalnya dengan menggunakan program SPSS. Pengolahannya dapat dilakukan dengan menjumlahkan kasus dapat membaca dan menulis huruf latin (dinotasikan 1) dengan kasus dapat membaca dan menulis huruf lainnya (dinotasikan 2), kemudian membandingkan dengan keseluruhan kasus (kasus dapat membaca dan menulis huruf latin + kasus dapat membaca dan menulis huruf lainnya + kasus tidak dapat membaca dan menulis). Seperti halnya angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dihitung dengan pengolahan tabulasi data Susenas Kor. Perhitungannya dilakukan dengan dua variabel secara simultan yaitu : tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan.
Penghitungan rata-rata lama sekolah dilakukan secara bertahap. Pada tahap awal dihitung lama sekolah untuk masing-masing individu dengan menggunakan pola hubungan antar variabel-variabel tersebut. Rata-rata lama sekolah dapat dinotasikan sebagai berikut:




Dimana:

MYS : Rata-rata lama sekolah (dalam tahun)
Fi : Frekuensi penduduk berumur sepuluh tahun
Si : Skor masing-masing jenjang pendidikan I
I : Jenjang pendidikan (1,2….7)


Jenjang Pendidikan dan Skor Yang Digunakan
Untuk Menghitung Rata-Rata Lama Sekolah (MYS)

Jenjang Pendidikan
Skor
Tidak/belum pernah sekolah
Belum tamat SD
Tamat SD
Tamat SLTP
Tamat SLTA
Tamat D3
Tahap D4/Sarjana
0
3
6
9
12
15
16,5

Indeks pendidikan = {2/3 [ (Lit – 0)/(100 – 0)] + 1/3 [MYS – 0) / (15 -0)] x 100

Dimana :
Lit : Angka melek huruf
MYS : Lama sekolah
0 : Angka minimum baik untuk Lit/MYS
100 : Angka maksimum Lit (melek hidup)
25 : Angka minimum untuk MYS (lama sekolah)

c) Standar Hidup Layak
Selain usia hidup dan pengetahuan, unsur dasar pembangunan manusia yang diakui secara luas adalah standar hidup layak. Banyak indikator alternatif yang dapat digunakan untuk mengukur unsur ini. Dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara internasional, UNDP memilih (Gross Domestic Product) GDP perkapita riil yang telah disesuaikan sebagai standar hidup layak.
Berbeda dengan dua indikator usia hidup dan pengetahuan, indikator hidup layak diakui sebagai indikator input, bukan indikator dampak. Untuk keperluan penghitungan IPM propinsi atau kabupaten/kota data dasar PDRB perkapita tidak dapat dipergunakan untuk mengukur daya beli penduduk (yang merupakan fokus IPM). Sebagai gantinya digunakan konsumsi perkapita riil yang telah disesuaikan untuk keperluan yang sama.
Indeks konsumsi riil perkapita = [(PPP-300,0)/(732,7-300)] X 100
Dimana :
PPP :. Nilai konsumsi riil perkapita yang telah disesuaikan dengan rumus Atkinson.
300,0 :. Nilai konsumsi minimal menurut standar global UNDP.
732,7 :. Nilai konsumsi maksimum menurut standar global UNDP.

d) Menghitung Nilai IPM

IPM = 1/3[ Indeks e0 + Indeks Pendidikan + Indeks PPP ]

Nilai Maksimum dan Nilai Minimum Indikator Komponen IPM

Indikator
Nilai Maksimum
Nilai Minimum
Catatan
1. Angka Harapan Hidup
85
25
Sesuai standar global (UNDP)
2. Angka Melek Huruf
100
0
Sesuai standar global (UNDP)
3. Rata-rata lama sekolah
15
0
Sesuai standar global (UNDP)
4. Konsumsi perkapita Yang disesuaikan
732 720
300 000
UNDP menggunakan GDP perkapita riil yang Disesuiakan

Daftar komoditi untuk menghitung Paritas Daya Beli (PPP)

Komoditi
Unit
% Terhadap Total Konsumsi
1. Beras lokal
Kg
7,25
2. Tepung terigu
Kg
0,10
3. Ketela pohon
Kg
0,22
4. Ikaan tongkol/tuna/cakalang
Kg
0,50
5. Ikan teri
Ons
0,32
6. Daging sapi
Kg
0,78
7. Daging ayam
Kg
0,65
8. Telur ayam
Butir
1,48
9. Susu kental manis
397 gram
0,48
10. Bayam
Kg
0,30
11. Kacang panjang
Kg
0,32
12. Kacang tanah
Kg
0,22
13. Tempe
Kg
0,79
14 Jeruk
Kg
0,39
15. Pepaya
Kg
0,18
16. Kelapa
Butir
0,56
17. Gula pasir
Ons
1,61
18. Kopi bubuk
Ons
0,60
19. Garam
Ons
0,15
20. Merica/lada
Ons
0,13
21. Mie instan
80 gram
0,79
22. Rokok kretek/filter
10 batang
2,86
23. Listrik
Kwh
2,06
24. Air minum
M3
0,46
25. Bensin
Liter
1,02
26. Minyak tanah
Liter
1,74
27. Sewa rumah
Unit
1,56
Total

37,52
Kecepatan Perubahan IPM (“shortfall”)
Perbedaan perubahan kecepatan IPM dalam suatu periode untuk suatu kabupaten dapat dilihat dari angka “shorfall’. Angka tersebut rasio pencapaian kesenjangan jarak yang “sudah ditempuh” dengan yang “harus ditempuh” untuk mencapai kondisi yang ideal (IPM = 100). Semakin tinggi angka shortfall, semakin cepat kenaikan IPM. Cara penghitungan “ shortfall”, dinyatakan dengan rumus :



Dimana :
IPM.(t) : IPM tahun (t)
IPM.(t+n) : IPM tahun (t+n)
IPM. (ref) : IPM acuan (biasanya IPM ideal)


CONTOH CARA MENGHITUNG IPM
Desa Sumberwaras, Kecamatan Sumber Sehat, Kabupaten Sumber Sejahtera memiliki data sebagai berikut :
1. Jumlah penduduk berumur > 10 Tahun sebanyak 714 orang (jiwa)
2. Sebaran tingkat pendidikan penduduk berumur > 10 Tahun :
NO
Status Pendidikan

fi (jiwa)
Si
∑fi * Si
1
Tidak pernah sekolah
:
50
0
0
2
Tidak Tamat SD
:
150
3
450
3
Tamat SD
:
275
6
1,650
4
Tamat SMP
:
125
9
1,125
5
Tamat SMA
:
100
12
1,200
6
Tamat D-3
:
12
15
180
7
Tamat Sarjana/D-4
:
2
17
33

Jumlah

714

4,638




MYS :
6.50

3. Jumlah Penduduk >= 10 Tahun = 714 Org





Penduduk dabat baca dan
tulis
:
664

Penduduk tidak dapat baca
tulis
:
50

Total Penduduk >= 10 tahun
:
714

AMH (Lit)

93 %

AMH = Angka Melek Huruf

Indeks pendidikan = {2/3 [ (Lit – 0)/(100 – 0)] + 1/3 [MYS – 0) / (15 -0)] x 100
= 76,44


4. Data Rerata umur penduduk saat meninggal dunia pada tahun X sebagai berikut :
Data penduduk meninggal di Desa Sumberwaras Tahun 2006
NO
Tanggal Meninggal
Nama Penduduk
Umur Saat Meninggal
1
1 Januari 2006
A
60
2
5 Januari 2006
B
65
3
10 Pebruari 2006
C
70
4
18 Pebruari 2006
D
55
5
20 Maret 2006
E
67
6
30 Mei 2006
F
80
7
23 Juni 2006
G
79
8
18 Juli 2006
H
70
9
2 Agustus 2006
I
75
10
3 Nopember 2006
J
76
Rerata (eo)
69,7

Indeks harapan hidup (e0) = [(e0 – 25)/(85 – 25)] x 100
= ((69,7-25)/85-25)) x 100
= 74,5

5. Rerata Konsumsi riil penduduk Desa Sumberwaras :
Komoditas
Unit
Pengeluaran dalam 1 bulan
Harga Per Unit 3)
Total Pengeluaran
1. Beras lokal
Kg
30
5,000
150,000
2. Tepung terigu
Kg
5
4,200
21,000
3. Ketela pohon
Kg
4
1,000
4,000
3. Ikan
tongkol/tuna/cakalang
Kg
1
12,000
12,000
5. Ikan teri
Ons
5
3,500
17,500
6. Daging sapi
Kg
2
45,000
90,000
7. Daging ayam
Kg
4
10,000
40,000
8. Telur ayam
Butir
30
500
15,000
9. Susu kental manis
397 gram
0
6,000
0
10. Bayam
Kg
4
5,000
20,000
11. Kacang panjang
Kg
4
5,000
20,000
12. Kacang tanah
Kg
4
7,500
30,000
13. Tempe
Kg
5
4,000
20,000
14 Jeruk
Kg
2
5,000
10,000
15. Pepaya
Kg
2
1,500
3,000
16. Kelapa
Butir
10
1,500
15,000

Komoditas
Unit
Pengeluaran dalam 1 bulan
Harga Per Unit 3)
Total Pengeluaran

17. Gula pasir
Ons
30
600
18,000

18. Kopi bubuk
Ons
2
4,000
8,000

19. Garam
Ons
10
500
5,000

20. Merica/lada
Ons
0.5
5,000
2,500

21. Mie instan
80 gram
15
850
12,750

22. Rokok kretek/filter
10 batang
10
5,000
50,000

23. Listrik 1)
Kwh


75,000

24. Air minum
M3
0

0

25. Bensin
Liter
25
4,200
105,000

26. Minyak tanah
Liter
60
2,500
150,000

27. Sewa rumah 2)
Unit


150,000




Jumlah
1,043,750


Keterangan :













1) Langsung diisi besaran pembayaran rekening listrik per bulan












2) Lansung diisi nilai sewa rumah (sesuai kondisi rumah responden) per bulan











3) Harga pada bulan Januari 2007













4) Asumsi Kebutuhan riil optimal :
1,332,700














Indeks Konsumsi Riil :
((PPP-900)/(1500-900))X 100


:
((1.043.750-900.000)/(1.332.700-900))x 100
:
33.22




IPM :
1/3 (Indeks Pendidikan + Indeks Harapan Hidup + Indeks Kebutuhan riil) x 100
:
63.20


Kesimpulan : IPM Desa Sugih Waras termasuk kategori Seda
ng

Adversity Quotient (AQ)

ADVERSITY QUOTIENT (AQ)

Dalam menjalani roda kehidupan ini, manusia banyak mengalami berbagai hal seperti kesuksesan, kegagalan, senang, susah, puas dan tidak puas, tetap semangat atau putus asa, rasa cinta, kebencian, berlimpah materi atau serba kekurangan dan sebagainya. Tetapi seberapa banyak dari diri kita mampu mensikapi situasi tersebut secara benar dan baik ????
Ketika yang kita dapatkan dalam hidup adalah serba kepuasan, kesenangan, kekayaan materi, kecintaan, keberhasilan…..kemudian kita lupa bahwa KEHIDUPAN DI DUNIA INI TERUS BERPUTAR, bak roda berputar : kadang DI ATAS, tetapi suatu saat pasti DI BAWAH !!! Bila kita kemudian mengalami hal yang berbalik dengan yang kita dapatkan selama ini, maka keputus-asaan, rendah diri, kekecewaan yang berkepanjangan melanda pikiran dan hati kita. Tanpa sadar kenikmatan tersebut telah merampok jati diri kita sebagai manusia. Siapa perampok itu ??? Cara berfikir negative dan sikap mental kerdil kita !!
Oleh karena itu, kita perlu memupuk energi positif dalam diri dan itu diyakini bisa dilakukan. Marilah kita belajar dari Ulat kecil. Awalnya kepompong ulat hanya tidur berdiam diri tidak berdaya dalam selimut balutan daun kering. Kemudian dia menjadi kupu-kupu yang indah, menyenangkan siapa saja yang melihatnya serta mampu dan bebas terbang kemana saja sampai jauh. Nah…bila ulat saja bisa melakukan itu….kenapa kita yang disebut sebagai makhluk sempurna tidak mampu melakukan ????
Transformasi berasal dari bahasa Inggris Transform yang berarti “ make a thorough or dramatic change in the form, appearance, character, etc. Terjemahan bebasnya adalah “segera membuat sesuatu perubahan total baik dalam bentuk, penampilan, karakter dan seterusnya.
Langkah yang harus ditempuh adalah memperkuat AQ (Adversity Quotient), yaitu “kemampuan seseorang untuk merubah hambatan, tantangan, halangan, masalah menjadi sebuah potensi keberhasilan” Kita harus mampu merubah tantangan, halangan, masalah yang kita alami/hadapi menjadi pelecut menuju keberhasilan. Kenapa demikian, karena dalam menjalani kehidupan di dunia ini dapat dipastikan setiap manusia akan menemui “ masalah, hambatan dan tantangan”. Mustahil kita akan steril dari masalah, tantangan dan hambatan !!!


Berdasarkan Adversity Quotient (AQ), manusia dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu :
1) Climbers (Pendaki) : Yakni manusia yang terus-menerus berusaha menyelesaikan setiap masalah yang ditemui dan mereka tidak pernah menyerah terhadap masalah, hambatan serta tantangan yang dihadapinya. Bagi mereka masalah, tantangan dan hambatan adalah pelecut untuk menggapai keberhasilan dan kesuksesan dalam hidup. LIngkungan sekitar merupakan “pemicu” dan bukannya “pelemah” semangat untuk mencapai keberhasilan. Manusia demikian sering dikelompokan sebagai PEMENANG
2) Quiters (Penunggu) : Yakni manusia yang hanya setengah-setengah dalam menyelesaikan setiap masalah, tantangan serta hambatan yang ditemui. Belum tuntas dia menyelesaikan masalah yang dihadapi, dia sudah menyerah dan menunggu/mengharapkan orang lain yang menyelesaikan masalah tersebut. Manusia demikian sering dikelompokkan sebagai PENENANG
3) Champers (Penyerah) : Yakni manusia yang begitu menerima masalah, tantangan dan hambatan dia tidak melakukan apa-apa, kecuali hanya “menyerah” terhadap masalah yang dihadapi. Manusia ini sering dike

lompokkan menjadi PECUNDANG
Selanjutnya, tinggal mana yang kita pilih, menjadi PEMENANG, PENENANG atau PECUNDANG ?????